FAKTA NYATA YANG DI HADAPI PETANI KARET DI SUMSEL

Oke, kali ini saya akan membahas fakta-fakta yang di hadapi banyak petani karet.

    Akhir-akhir ini harga komoditas yang satu ini terjun bebas gan.. dari harga normal bekisaran
Rp 18000 per kilogram kini harga karet merosot tajam ke harga Rp 5000 per kilogram, bahkan di berbagai wilyah sekitar Sumtera Selatan ada yang samapai menembus ke harga Rp 3500 per kilogram. Sangat miris melihat harga karet menembus ke harga Rp 3500 per kilogram. Mengingat kebutuhan ekonomi yang sangat tinggi sekarang ini.

    Sebagai komoditas unggulan di Sumatera Selatan, maka sepatutnya ada perhatian serius dari pemerintah terhadap nasib para petani. Beberapa hari yang lalu ada sekitar 50 orang yang tergabung dalam Serikat Petani Sriwijaya (SPS) melakukan aksi demo depan kantor Gubernur Sematera Selatan, untuk mendesak pemerintah untuk mengambil kebijakan memberi subsidi harga bagi para petani. Hal ini perlu di lakukan untuk memyelamatkan mata pencaharian petani karet yang akan berujung pada masalah sosial.

Berikut beberapa fakta yang di hadapi petani karet :

Pertama
  Masih merajalelanya para tengkulak. meraka memeberi pinjaman lunak ke petani, tetapi pelunasannya dengan karet yang dihasilkan. tentu saja harga di tentukan oleh para tengkulak dan ini membuat daya tawar petani tidak ada.

Kedua
   Proses penimbangan yang rawan sekali kecurangan. Ada trik-trik penimbangan yang merugikan petani, sehinga validitas keakuratan angka timbangan, spesifikasi getah yang kering dan potongan kilo tiap timbangan sebagai biaya penimbangan.

Ketiga
   Panjangnya mata rantai penjualan yang sama sekali tidak memberikan nilai tambah petani.
Sebagai contoh : Petani menjual ke tengkulak A dengan harga murah, kemudian tengkulak A menjual ke tengkulak B dengan harga lebih tinggi, lalu tengkulak B menjual ke tengkulak C, dan kemudian ke pabik. Rantai penjualan yang panjang inilah yang membuat petani seamkin menderita.


    Sebagai komoditas unggulan, Maka seharusnya ada perhatian serius dari pemerintah untuk memutus mata rantai penjualan yang menghisap. seperti koperasi desa, koperasi inilah yang akan mealakukan pengumpulan dan pendistribusian/penjualan hasil produksi petani ke pabrik pusat.

   Kemudian mendorong realisasi program hilirasi karet, yakni pengembangan industri pengolahan karet menjadi beragam produk turunan yang memiliki nilai tambah tinggi, seperti bahan baku aspal, bahan teian tempat kapal bersandar, sapu tangan karet, industri ban, danlain-lain. dengan demikian produksi karet tidak hanya untuk melayani exspor, tetapi juga bisa di serap oleh kebutuhan dalam negeri.



No comments:

Post a Comment